Minggu, 03 Mei 2015

Racun Hati #Mukaddimah


بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله . لا نبيّ ولا رسول بعده. أَمَّا بَعْدُ؛

Ikhwah fiddin wa akhwat fillah rohimani wa rohimakumullah jami’an. Pada halaqoh yang keduapuluh dua ini, masuk pada bab yang keempat summul  qolbi alarba’ (empat racun hati). Pada kesempatan ini insyaa Allāh sebagai muqaddimah akan membahas satu persatu tentang masuk ke empat racun hati tadi.
 
Kata beliau hafidzohullahu ta’ala : 
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya maksiat seluruhnya adalah racun bagi hati. Dan maksiat adalah sebab yang menyebabkan sakitnya hati dan kebinasaannya hati. Dan ini akan melahirkan sakitnya hati, sehingga niatnya akan karena selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bahkan maksiat selain sebagai sebab yang menyebabkan sakitnya hati juga sebab yang menyebabkan bertambahnya sakitnya hati, jadi semakin bertambah parah sakitnya hati.”
 
Berkata Ibnu Mubarak, (Abdullah ibnu Mubarak rahimahullah mengatakan):
"Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati dan membiasakannya akan mewariskan kehinaan, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa itu adalah kehidupan bagi hati. Dan itu lebih baik bagimu untuk menyelisihi dosa artinya tidak melakukan perbuatan dosa.”
 
Demikian dosa-dosa itu bisa menyebabkan penyakit yang bertambah dan terus sampai akhirnya hati itu mati, menyebabkan kematian bagi hati karena kemaksiatan itu melahirkan kemaksiatan yang lain. 

Hal ini juga sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allāh :
 
كلا ۖ بل ران على قلو بهم ما كانوا يكسبون
 
"Sekali kali tidak, bahkan hati mereka telah tertutup disebabkan apa yang telah mereka lakukan."

Disebabkan usaha yang mereka kerjakan dari maksiat, dosa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Perbuatan-perbuatan dosa itulah yang ahirnya membuat menutupi hati mereka, membuat hati mereka terkunci, tertutup dari hidayah, tertutup dari kebaikan sehingga akhirnya mati dan jauh dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena maksiat bukan masalah besar /kecilnya sebuah maksiat, akan tetapi kepada siapa anda bermaksiat. Bermaksiat hakikatnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka sekecil apapun maksiat yang dilakukan merupakan bentuk lancang kepada Allāh yang Maha menciptakan, Yang Maha memberi rezeki, Yang Maha memberikan rahmat, kasih sayangnya kepada seluruh hamba-hambaNya, sehingga seolah-olah seorang yang bermaksiat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, suatu kebaikan yang dia balas dengan keburukan. Rabb nya atau Tuhannya memberikan kepadaNya kebaikan, tapi dia justru membalasnya dengan kedurhakaan, kedurjanaan dan pengkhianatan.
 
Kemudian Syaikh melanjutkan :
"Maka barang siapa yang menginginkan selamat hatinya, dan kehidupan bagi hatinya, maka dia harus membersihkan, memurnikan hati dari pengaruh racun-racun hati tadi, kemudian terus menjaga hatinya, menjaga, tidak berbuat, tidak terjatuh pada perbuatan maksiat, dengan tidak mengkonsumsi racun-racun yang baru. Apabila dia mengkonsumsi atau menelan meskipun sedikit dari racun tadi karena kekeliruan, segera untuk menghapus pengaruhnya, menghilangkan pengaruhnya dengan taubat dan istighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dan dengan mengamalkan amal-amal kebaikan yang bisa menghapuskan dosa-dosa tadi.”
 
Hal ini hakikatnya adalah sebagai pengobatan, tatkala seorang sudah terlanjur telah menelan pil pahit atau racun dari kemaksiatan, dari perbuatan dosa, maka solusinya adalah dia banyak menghapus dosa tadi dengan cara menghilangkan pengaruhnya itu dengan bertaubat dan istighfar dan juga mengamalkan amal-amal kebaikan. Ini adalah pengobatan.
 
Adapun sebagaimana kata pepatah, “pencegahan lebih baik dari pada pengobatan”. Artinya mencegah dari mengkonsumsi racun-racun hati lebih baik daripada kita harus berobat. Dan bagi siapa yang sudah terlanjur jatuh untuk menelan, mengkonsumsi racun tadi, maka dia harus segera mengobatinya tidak membiarkan, membuat hatinya liar begitu saja, liar untuk bermaksiat, membiarkan hatinya ternodai dengan maksiat-maksiat tadi atau empat racun hati. Dia segera banyak bertaubat pada Allāh, istigfar.  Istighfar dijalan-jalan, banyak istighfar tatkala kita sedang duduk-duduk, banyak istighfar tatkala kita sedang bermajelis bahkan ketika sedang menikmati hidangan kita harus banyak beristighfar, banyak-banyak beramal shaleh, berbuat kebaikan yang bisa menghapus dosa-dosa tadi.

Apa yang dimaksud dengan empat racun hati tadi adalah
1. BANYAK BICARA yang tidak perlu, banyak bicara kepada yang haram, (nanti akan dijelaskan secara detil satu persatu)
2. BANYAK MEMANDANG yang tidak halal
3. BANYAK MAKAN  
4. BANYAK BERGAUL 

Dan inilah racun yang banyak tersebar, dan yang paling punya pengaruh besar pada kehidupan hati, paling kuat  pengaruhnya bagi kehidupan hati atau matinya.
 

والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب
هذا ما أقول لكم
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  

✏ Disalin oleh Tim Transkrip
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
📚 Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar