Minggu, 03 Mei 2015
Racun Hati #5
بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyrol ikhwah wa akhwat fillah rohimani wa rohimakumullah
Pada halaqoh yang ke duapuluh tujuh ini kita lanjutkan kembali bab racun hati bagian pada fudhulul nadzor (berlebih/banyak memandang). Diantara kerusakan yang ditimbulkan dari banyak memandang yang disebutkan oleh syeikh hafidzohullahu ta’ala bahwa fudhulul nadzor itu akan menyibukkan hati, akan membuat hati lupa terhadap maslahat- maslahat yang bermanfaat bagi hati itu sendiri sehingga justru perkara-perkara yang bermanfaat dia campakkan, dia jauhkan, dia tinggalkan padahal hati sangat butuh dengan maslahat tersebut seperti makanan nutrisi iman, hati sangat membutuhkannya dan itu sangat bermanfat bagi hati.
Namun tatkala banyak memandang menyebabkan hati itu lalai terhadap maslahat- maslahat yang dibutuhkan terhadap dirinya, bahkan akan memisahkan antara hati dengan kemaslahatan-kemaslahatan tersebut, sehingga melampaui bataslah perkara/urusannya. Sehingga hati akan terjatuh pada ittiba 'ulhawa (mengikuti hawa) dan lalai dari berdzikir dan beribadah kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Allah berfirman:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبِهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang telah kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan orang yang mengikuti hawa nafsunya dan adalah urusannya melampaui batas."
(QS. Al-Kahfi: 28)
Bahwa melepas pandangan/berlebih dalam memandang yang dilarang oleh Allah Subhanahu wata'ala itu akan memberikan efek pada tiga penyakit ini atau akan memberikan konsekuensi pada tiga perkara, apa itu?
1⃣ Lalai hatinya dari mengingat Allah Subhanahu wata'ala;
2⃣ Terjatuh pada mengikuti hawa; dan
3⃣ Perkara atau urusannya menjadi melampaui batas.
Kalau kita lihat tiga pekara ini adalah tiga penyakit yang berbahaya. Lalai dari berdzikir Allah Subhanahu wata'ala adalah musibah, terjatuh dan terjerembab pada mengikuti hawa lebih-lebih, bahkan seorang bisa terjaga tidak terjatuh pada hawa itu adalah nikmat yang begitu besar sebagaimana ucapan Abul Aliyah:
لا أدري أي نعمتين أعظم علي، إذ أخرجني الله من الشرك إلى الإسلام أو عصمني الله في الإسلام يكون لي فيه الهوى
“Saya tidak tahu nikmat mana yang paling agung atas diriku diantara dua nikmat, saya tidak tahu nikmat mana yang paling besar di antara dua nikmat, tatkala Allah Subhanahu wata'ala mengeluarkanku dari kesyirikan menuju islam, atau tatkala Allah Subhanahu wata'ala menjagaku setelah aku berislam dari mengikuti hawa."
Karena mengikuti hawa adalah kehancuran. Karena hawa dikatakan hawa, keculi akan menyeret pelakunya ke dalam neraka. AlHawa tatkala diikuti maka akan hancur berantakan urusan seorang, terjebak pada hal-hal yg diharamkan oleh Allah Subhanahu wata'ala yang menyelisihi sunah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Dan adalah perkaranya melampaui batas. Jadi orang-orang yang melepas pandangan dengan liar, juga akan terkena penyakit ini. Terkumpul dalam ayat ini tiga-tiganya. Naudzubillah tsumma Naudzubillah. Nas’alu Allah ‘alal 'afiyah wasalamah
هذا ما أقول لكم
وصلى الله على نبينا محمد و على آله
و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
✏ Disalin oleh Tim Transkrip
🔁 Dapat diunduh di: http://goo.gl/I4ocdW
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
📚 Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus
(penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar