Minggu, 03 Mei 2015
Racun Hati #1
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِهدا إِلَى يَوْمِ القيامةِ؛ أَمَّا بَعْدُ
Ayyuhal ikhwah rohimani wa rohimakumullah jami’an. Pada halaqoh yang keduapuluh tiga ini insyaaAllāh kita akan membahas tentang Fudhulul Kalam (banyak bicara), racun hati bagian yang pertama. Dan pada pertemuan ini penulis kitab ini, Syeikh Dr. Ahmad Farid hafidzohullahu ta’ala mengawali pembahasan tentang banyak bicara ini dengan muqaddimah yang kemudian langsung disambung dengan pembahasan intinya, dan perlu diketahui bahwa pembahasan ini tidak terdapat pada kitab cetakan lama, hanya terdapat pada kitab cetakan terbaru.
Berkata beliau hafidzohullahu ta’ala :
"Segala puji bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah berbuat ihsan dengan penciptaan manusia dan menyempurnakannya, lalu kemudian Allāh mengilhamkan cahaya iman, sehingga dengan cahaya iman itu menghiasi dan memperindahnya. Lalu Allāh juga mengajarkan penjelasan kepada manusia dan mengutamakannya dengan penjelasan tersebut dan melebihkannya. Dan memberikan pertolongan dengan diberikannya lisan ini, untuk seseorang bisa menerjemahkan apa yang dikandung dalam hatinya dan dipikir oleh hatinya. Lisan itu termasuk di antara nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang sangat agung. Dan rahasia ciptaan Allāh yang sangat menakjubkan. Lisan itu meski kecil ukurannya, gramnya, timbangannya namun dia sangat besar ketaatannya dan kejahatannya.”
Artinya disini lisan itu bisa mengucapkan suatu ucapan yang mulia dan berpahala besar. Dan juga bisa mengucapkan suatu ucapan yang sangat jahat. Karena dimana tidak, menjadi jelas kekufuran dan iman kecuali dengan persaksian iman. Seorang menjadi jelas bahwa dia masuk islam dengan syahadat (laa ilaha ilallah) dengan dia ucapan lisannya mengucapkan laa ilaha ilallah, dan seorang dinyatakan kufur juga dengan ucapan dia kemurtadan melalui lisannya.
Iman adalah puncak ketaatan, sedangkan kekufuran adalah puncak kemaksiatan. Dan barangsiapa yang melepaskan kelincahan lisan dan membiarkannya terlepas tanpa tali kekang, membiarkannya tanpa kendali, syaitan akan menapaki lisan tersebut pada setiap medan, pada setiap tempat. Syaitan akan menyeretnya/menggiringnya ke tepi jurang kehancuran. Hingga bahkan syaitan akan memaksa untuk masuk ke dalam neraka al bawwar. Dan tidaklah yang menyeret manusia ke dalam neraka jahanam atas hidung-hidung mereka, atas wajah-wajah mereka, kecuali sebab lisan-lisan mereka.
Sebagaimana riwayat dari sahabat mulia Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau bersabda "Dan bukankah yg menyeret manusia atas wajah-wajah mereka atau mengatakan atas hidung-hidung mereka kecuali sebabnya adalah hasil dari lisan mereka.”
Ikhwani fiddiin 'azzani warohimani wa rohimakumullah, apa yang dimaksud dengan “hashoidul alsinah” atau hasil/buah dari lisan-lisan itu, yang dimaksud dengan buah lisan, panennya lisan adalah balasan ucapan yang haram dan hukuman-hukuman ucapan yang haram. Karena sesungguhnya seorang itu telah bercocok tanam dengan ucapannya atau perbuatannya.
Baik hasanat ataupun sayyiat bila bercocok tanam kebaikan atau keburukan. Maka kemudian nanti dia akan memanen pada hari kiamat apa yang dia tanam. Maka barang siapa yang menanam kebaikan melalui ucapan dan perbuatan, maka dia akan memanen kemuliaan. Dan barang siapa sebaliknya yang menanam keburukan melalui ucapan dan perbuatannya, maka dia akan memanen penyesalan.
Ikhwani fiddiin 'azzani warohimani wa rohimakumullah, jadi tidaklah seorang nanti di akhirat kecuali akan memanen buah yang dihasilkan dari ucapannya atau dari perbuatannya dan berapa banyak orang yang masuk ke dalam neraka disebabkan dengan dosa lisannya, maka disini adalah peringatan bagi siapa saja untuk menjaga, memperhatikan, dan memelihara lisannya agar tidak berucap baik dari segi kekhufuran ataupun kesyirikan ataupun dosa-dosa besar yang lainnya, sehingga menyeretnya kepada neraka Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
هذا ما أقول لكم
والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
✏ Disalin oleh Tim Transkrip
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
📚 Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar