Senin, 27 April 2015

Tazkiyatun Nufus: Racun Hati #2


بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
السلام عليكم ورحمة اللّه ﺗﻌﺎﻟﯽٰ وبركاته 

إِنَّ الْحَمْدَ الله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَمَّا بَعْدُ؛

Ikhwah fiddin wa akhawat fillah rohimani wa rohimakumullah jami’an. Pada halaqoh yang keduapuluh empat ini akan kita sebutkan beberapa akhbar baik dari nash ataupun dari hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang petaka dan bahaya lisan.

Mu’allif hafidzohullahu ta’ala Syeikh DR. Ahmad Farid hafidzohullahu ta’ala berkata :
"Telah terdapat banyak berita baik dari kitab dan sunnah, berkaitan dengan tahdziir (peringatan) dari petaka lisan dan bahayanya".
Dan diataranya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla, 

Allāh berfirman :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir, Raqib dan Atid."
(QS. Qaaf: 18)

Dan juga sebagaimana hadits-hadits yang shahih yang banyak mengingatkan tentang petaka dan bahaya lisan ini, dan akan bahayanya fudhulul kalam, diantaranya:

Dari Sufyan bin Abdillah Ashsaqofi semoga Allāh meridhoinya:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا

Aku katakan kepada Rasulullah: 
''Ya Rasulullah (wahai Rasulullah), apa yang paling engkau takuti atas diriku?'' Beliau berkata: ''Ini.” 
Sembari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam mengambil lisannya. 

Tatkala mengatakan ini, yang dimaksud adalah lisan. Tatkala lisan itu tidak terjaga itu lebih besar bahayanya dari pada manfaatnya. Hadits tadi diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Dan beliau berkata hadits hasan shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Daarimi dan Hakim, yang hadits ini juga disepakati keshohihannya oleh Imam Dzahabi dan Imam Albani rahimahumullahu jami’an.

Dalam riwayat yang lain:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah”,  “Ya Rasulullah (wahai Rasulullah) apa itu keselamatan?" Beliau bersabda "Peliharalah  lisanmu".

Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Imam Ahmad, Ibnu Mubarak dan disahihkan oleh Imam Albani rahimahullahu jami’an dalam ashshohihah.

Juga terdapat riwayat:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barangsiapa beriman kepada Allāh dan hari akhir, maka berkatalah yang baik ataulah diam. " 
(HR. Bukhari dan Muslim). 

Itu termasuk perkataan yang singkat tapi maknanya padat. Dan maksudnya adalah perkataan itu entah dia adalah kebaikan, maka hamba diperintahkan untuk mengucapkan atau selain itu maka dia pun diperintahkan untuk diam.  Jadi pertanda keimanan seseorang kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan hari akhir dibuktikan dengan dia berkata baik atau diam.

Kenapa berkata baik atau diam itu dikaitkan dengan iman kepada Allāh dan hari Akhir karena rasa takut dan rasa iman seseorang kepada Allāh dan hari akhir inilah yang mendorong seseorang itu akan berkata baik atau diam. Dan bukti keimanan seseorang pada Allāh dan hari akhir dibuktikan dengan bahwa dia itu akan berkata yang baik atau diam apabila mudharatnya lebih besar, apabila petaka yang ditimbulkan lebih besar.

Hadits yang lainnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.

Dari sahabat yang mulia Abu hurairah Rodhiallahuta’ala anhu (semoga Allāh meridhoinya) bahwasanya beliau mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda bahwa "sesungguhnya seorang hamba tidaklah mengucapkan satu kalimat yang tidak jelas, dengan sebab ucapan itu dia terjerembab di neraka lebih jauh daripada antara jarak timur dan barat. 

Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, demikian pula diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

Dalam riwayat Tirmidzi dengan lafazh : "Sesungguhnya seseorang benar-benar akan mengucapkan satu kalimat yang dianggap biasa, tapi dengan sebab ucapannya itu, dia akan terjatuh 70 tahun di dalam neraka atau ada yang mengatakan 70 kedalaman dalam neraka".

Demikian pula dari Abdullah bin Mas'ud Rodhiyallahuta’ala anhu, kata beliau (Abdullah bin Mas'ud Rodhiallahuta’ala anhu), "Demi Allāh yang tidak ada illah yg berhak diibadahi kecuali Dia, tidak ada sesuatu apapun yang sangat butuh untuk dipenjara paling lama daripada lisanku.” Dan beliau adalah pernah mengucapkan  "Wahai lisan berkatalah yang baik, maka engkau beruntung dan diamlah dari keburukan maka engkau akan selamat sebelum engkau menyesal.” Ini ucapan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud  Rodhiallahuta’ala anhu tentang petaka lisan.

Kemudian juga ucapan yang lainnya dari sahabat yang mulia Abu Darda, "Bersikap adillah terhadap kedua telingamu daripada mulutmu, karena sesungguhnya telah dijadikan bagimu dua telinga dan satu mulut, hal itu hendaklah menjadikanmu banyak mendengar dari pada banyak bicara.”

Betapa Fudhulul Kalam itu betul-betul memberikan bahaya yang sangat besar sampai-sampai Al-Qur'an, hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan aqwal (ucapan) para salaf sangat perhatian, dalam hal ini menujukkan betapa besarnya petaka lisan.

Demikian semoga ini berfaedah dan bermanfaat dan menjadi teguran bagi kita untuk selalu mawas diri menjaga lisan ini dari melepas satu ucapan yang justru akan mendatangkan petaka bahaya dan mendatangkan musibah ataupun azab pada hari kiamat. Naudzubilah tsumma naudzubillah.


هذا ما أقول لكم
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  


✏ Disalin oleh Tim Transkrip
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
📚 Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar