Susunan Kata, Tata Bahasa dan Struktur Kata
Poin yang keempat, berkaitan dengan susunan kata, tata bahasa dan struktur kata. Sebgaian dari anda mungkin pernah membaca, ‘wallahu khobirun bima ta’malun’. Pernah dengar kan sebelumnya? Coba kita bagi kalimat tadi kedalam 3 bagian: 1. Allah 2. Khobir 3. Bima Ta’malun. Pernah dengar ‘Wallahu bima ta’maluna khobir’”?, yang ini juga pernah kalian baca. Yang kedua ini juga punya 3 bagian: 1. Allahu 2. Bima Ta’malun 3. Khobir. Apakah kedua kalimat tadi tersusun atas bahan dasar yang sama? Kata Allah ada, kata Khobir ada, kata Bima Ta’malun juga ada. Apakah ada bedanya? Allahu khobirun bima ta’malun, dengan wallahu bima ta’maluna khobir. Ada bedanya kan? Terjemahan dari dari 2 kalimat ini, baik itu dalam bahasa Inggris, Urdu, Spanyol, Farsi atau Bahasa Jerman, kamu akan dapati artinya sama persis untuk 2 ayat ini. Artinya, “Allah sungguh amat mengetahui segala yang kamu lakukan”, diartikan sama persis. Tapi apakah Allah mengatakan 2 hal yang sama? Tidak, Dia mengatakan 2 hal yang berbeda. Maka permasalahan seperti ‘Kamu cukup baca terjemahan bahasa Inggrisnya (Indonesia -red) saja.’ Atau yang lain bilang: “Ah… saya sudah pernah baca semua bagian al-Qur’an terjemahan.” Kamu belum membaca Al-Qur’an yang sesungguhnya. Ini tidak bisa dibaca sepintas saja.
Al-qur’an perlu dibaca terus menerus oleh pembacanya, bila ia memang ingin memahaminya. Kamu tidak bisa baca sekali, lalu langsung paham. Memahami al-Qur’an itu bukan barang murah, ini mahal harganya. Kamu harus bayar dengan waktu dan usaha. Kamu tidak akan paham bila membaca iseng-iseng sekilas saja. Dan yang membaca sekilas saja, kebanyakan dari mereka itu menyesatkan. “Saya dengar dan baca suatu ayat di Al-Qur’an yang mengatakan hal ini”, mereka tak paham bahasa Arab, tapi mereka berani berargumen atas ayat itu.
Ini contoh kasus untuk poin yang keempat tadi, dari segi perbendaharaan tata bahasa. Ada perbedaan jika Allah mengatakan, ‘la roiba fihi’. Apa bunyi terakhir yang kamu dengar pada kata ‘roib’? roiBA. Allah pun mengatakan, ‘la khaufUN alaihim walahum yah zanun’. Di kata ‘khauf’ kamu tidak mendengar khaufA tapi khauFUN. Tapi di kata ‘roib’ tadi, Allah tidak menyebut ‘roibUn tapi ‘roibA’. Di kata ‘khauf’, Allah mengatakan ‘khauFUN’. Yang 2 tadi itu tidak bisa diterjemahkan dengan cara yang sama karena mereka tidak menggunakan prinsip yang sama dalam bahasa Arab. Mereka 2 hal yang berbeda. Butuh cara penterjemahan yang berbeda. Tapi tidak semua terjemahan memiliki sensitivitas seperti ini. Sangat sulit untuk menangkap hal yang seperti ini selain menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab membuat semuanya jelas, ia memiliki bagian yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Ini bukan untuk menghina bahasa Inggris, Urdu atau bahasa lainnya. Ingatlah, bahwasanya semua bahasa itu datangnya dari Allah. Allah sendiri yang mengatakan; “Allah mengajarkan manusia pandai berbicara.” (QS: 55:4 ). Tidak peduli kamu pandai berbicara bahasa Tiongkok, Swahili atau bahasa suku pendalaman Autralia, semuanya itu dari Allah. Kepandaian kita berbicara itu dari Allah Azza wa Jalla. Allah hanya mengambil 1 bahasa dan meninggikannya di atas bahasa yang lain dengan cara memberinya kejelasan yang luar biasa. Ini penting karena hal terburuk yang mungkin terjadi di dalam suatu agama adalah salah penafsiran. Apakah kamu tahu, kesalahan penafsiran di dalam agama kristen berasal dari mana? Berawal dari terjemahan.
Kebingungan dalam penterjemahan seperti ini, dihindarkan oleh Allah dengan memberi Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang amat sangat jelas.
[syahida.com/islamedia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar